Agama Paksa

Islam dipenuhi oleh orang-orang yang suka memaksa. Memaksa orang salat, puasa, atau
pakai jilbab. Atau memaksa orang untuk tidak berzina, atau tidak minum khamar. Ada juga yang mencoba memberi imbalan duniawi agar orang beribadah.
Apa sih ibadah itu? Ibadah itu asal katanya ‘abada, artinya menghamba. Dari kata inilah lahir kosa kata abdi. Beribadah itu artinya menjadi hamba Allah. Dalam hubungan dengan Allah, manusia menjadi hambaNya dengan sukarela atau terpaksa. Terpaksa artinya dipaksa oleh kekuasaan Allah, bukan oleh manusia.
Allah sendiri memberi kebebasan. “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Manusia boleh beriman atas kehendaknya, dan boleh pula kafir atas kehendaknya. Mengapa kebebasan ini penting? Karena memang mustahil memaksa orang untuk beriman atau tidak beriman. Kita bisa memaksa orang untuk mengucap syahadat, tapi kita tidak bisa memaksa dia beriman. Hanya dia dan Tuhan saja yang tahu dia beriman atau tidak.
Nah, beribadah itu adanya setelah beriman. Setelah orang mengimani Allah, maka ia akan menyembahNya, memujaNya, melakukan apa yang dia yakini sebagai perintahNya. Bagi saya ibadah itu konsekuensi intrinsik dari iman. Orang beriman pasti beribadah.
Tapi bukankah ada begitu banyak orang muslim yang tidak beribadah? Itulah. Orang tidak bisa membedakan antara beriman dengan memeluk agama. Seperti kemarin saya tulis, orang bisa memeluk suatu agama tanpa beriman. Orang memeluk agama karena ia keturuan pemeluk agama, atau karena memerlukan status sosial. Ia sendiri tidak punya hubungan yang jelas dengan Tuhan agama tersebut.
Lalu, apa yang kita dapatkan dari memaksa orang beribadah? Kita hanya mendapatkan lebih banyak orang salat atau puasa, tapi tidak mendapatkan orang yang tunduk. Kita hanya mendapatkan orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang beribadah demi manusia, bukan demi Tuhan.
Mengapa ada orang-orang yang memaksa? Mereka lupa pada hakikat iman. Lupa bahwa iman adalah hubungan personal antara manusia dengan Tuhan, bukan hubungan kolektif. Mereka juga lupa bahwa kebanyakan orang beragama tidak memilih imannya, melainkan dipilihkan oleh lingkungan.
Orang-orang yang suka memaksakan ibadah sebenarnya tidak sedang menjalankan agama, melainkan menjalankan organisasi. Mereka menikmati suasana di mana orang-orang melakukan hal yang sama, bersama. Koneksi antara abdi dengan Tuhan jadi tak penting lagi, karena diasumsikan sudah ada.

Apakah ibadah bisa menumbuhkan iman? Bisa iya bisa tidak. Apakah ibadah yang dipaksakan bisa menumbuhkan iman? Bisa, tapi lebih besar kemungkinan untuk menjauh dari iman. Faktor penentunya bukan pihak luar, tapi internal setiap orang. Seperti firman Allah tadi, kalau dia mau dia akan beriman.

Sumber:Kang Hasan

0 Response to "Agama Paksa"

Posting Komentar